Selasa, 26 November 2019

OBROLAN USANG DI WAKTU SENJA PARA PENDIRI



Oleh : Rifqi Marisel
Pontianak, senin 25/11/19

Waktu menunjukan pukul 15.30 wib, tak satu pun wajah yang saya kenal di atas salah satu kafe di kota Pontianak. Sebelumnya kami, rifqi, sumi, sule dan agus bersepakat untuk ngopi bareng sekali gus mencoba mendonasikan sebagian uang kami untuk kesembuhan adek tingkat kami yang merupakan anggota ospalti angkatan 15.

Hape saya bordering dengan kecangnyanya dan telihat nama ulat bulu sedang berupaya memanggil, “dimane pak” begitu suaranya “di atas kite nongkrong sambil menunggu yang lain” pinta saya kepada si ulat bulu ini. Kakak yang satu ini memang selalu modis seperti anak-anak yang baru selesai sekolah ditambah dengan cara berjalan dan sapa khasnya. “nyantai jak lok sambil tunggu yang lain ye bu” selaras sambil memecah rasa kangen lama tidak berjumpa.

Tak berapa lama kursi di depan kami mulai terisi satu persatu, ada bro agus dengan topi khasnya, dan bang sule tarigas dengan istri dan anak bungsunya yang lucu dan menggemaskan. “Ape kabar juniarto neh yee cobe kite hubungin suruh kumpul yukk” bercanda saya dengan berusaha menggapai hp di saku dan mulai menghubungi sang kompas alam ini. “dimane pak, ngopi yook sekalian bicarekan soal donasi ke adek tingkat kite anggota ospalti, lokasi saye sharelok yee..” saya perjelas maksud pertemuan sore ini. “ saye di rumah, oke..okee..saye langsung meluncur kesana” beliau memang perespon ulung dan selalu berusaha untuk hadir di setiap kegiatan aktivitas sehari-harinya. Ada beberapa juga yang saya kontak via WA untuk meminta kehadiran namun kesibukan dan tanggung jawab mereka menjadikan ngopi kami ini terasa tidak lengkap.

Begitu senang dalam hati saya sore ini hingga waktu seharian nyantai di kafe ini tidak terasa bagi saya. Di tambah lagi bung juniarto yang jauh dari parit bugis ayani 2 ikut kumpul bersama kami. Sudah  sekian lama tidak ketemu silaturahmi kami yang pernah bersama berkegiatan bertualang dengan suka, senang, duka pernah kami rasakan bersama di organisasi ospalti tidak pernah putus, tetap menjaga kerukunan dan kekeluaragan yang selalu kami rawan dengan baik. 19 tahun telah berlalu wajah dan kulit kami pun mulai keriput termakan oleh waktu, hanya semangat dan obrolan hangat inilah seakan-akan mengembalikan jiwa muda kami yang berkobar.

Dengan meneguk minuman hangat di sore senja, terasa udara segar sehabis hujan yang turun dengan derasnya. Pertemuan kami begitu singkat dua orang sahabat kami pamit untuk pulang “saye duluan kawan bawa anak kecil soalnye neh” ungkap sule tarigas di sambut juga kata-kata pamit dari bang agus supriyatno “siap..siap ma kasih banyak atas donasi dan waktunya” ucap saya menjawab mereke lain waktu kita kumpul lagi dan sambung obrolan kebersamaan ini kawan. “kami minta wakilkan uang donasi ini ke dirimu ye pak iky, untuk diserahkan ke yuvie” pinta kak sumi sambil menyerahkan uang yang terkumpul hari ini

Dua orang pergi  dan tersisa hanya kak sumi, juniato dan saya sendiri. Tak henti-henti sore itu bung juniarto memesan secangkir terhitung sudah 3 minuman pesanan atas nama juniarto di berikan untuk pertemuan sore senja kami ini. Dalam benak saya luar biasa dermawan sosok juniarto ini, konon di masa sekolah di smti beliau paling sering di bully dengan perkataan dan perbuatan beliau. Tapi lihat sekarang kami seakan punya jasa yang besar sampai 3 pesananan hadir atas nama juniarto untuk kami bertiga. Tidak berapa lama,kala itu juga datang bung rino angkatan ke dua ospalti dengan celana pendek dan kepala tanpa rambut menyapa kami, memang tadi sudah saya kontak beliau yang saat itu di hubungin baru pulang kerja dan berjanji akan menyusul tanpa sepengetahuan istrinya….hehehhehe…

Menarik di obrolan  usang di waktu senja ini, salah satu membuat saya terharu dan berkesan adalah usulan bung juniarto yang di luar dugaan saya, “coba andaikan seluruh angota yang 170 orang ini menyisihkan uang kita untuk kas perbulan 25 rbu saja maka setahun mencapai 51 juta” ucap beliau sambil menunjukan angka hitungan pada kalkulator hape Samsung dengan camera 3 buah di belakangnya. Terdiam sesaat kami mendengar usulan itu, dengan penuh semangat menambahkan “kite bise beli lahan satu hektar, nanti kite jadikan usaha dana pertanian dan usaha lainnya dengan lahan tersebut” merasa ndak percaya ada usulan yang mantap seperti itu.
Impian kami pun mulai mengarah ketujuan yang sama yaitu adanya usaha dana atau badan usaha yang “mencetak” dan menghasilkan uang secara berkelanjutan dengan memperkerjakan lulusan terbaik dari SMTI yang merupakan anggota ospalti kata lain kita bisa membuka lapangan kerja buat adek-adek kita kemudian hari.
Usulan yang lainnya di tambahkan jika kita punya dana yang kuat dan besar kita bisa melakukan apa saja, kepedulian , sertifikasi keahlian, donasi kepada sesama atau pun kegiatan skala besar untuk silaturahmi para alumni smti yang menjadi anggota Ospalti kelak dengan membawa keluarga kita sambil menyalakan api unggun di alam terbuka, betapa indahnya suasana kala itu jika bisa terjadi…..

Wow..sewa pulau pun bisa neh…hehhehee..ketawa canda memecah mimpi kami semua di obrolan usang di senja sore ini. Dan ruang atas pun mulai ramai banyak anak muda di semua pojok, di tambah lagi kami para tua-tua ini mencoba menjadi muda di antara mereka.

Sekali lagi itu hanya mimpi kami para tua-tua ospalti ini kawan bukan juga harapan namun terlukis indah dalam pikiran yang bahagia kami…Ini mimpi yang akan hanya terbuang secara tertutup di “sampah” alam pikiran kami saja. Dalam hati doa saya di parkiran semoga kami bisa mewujudkan impian kami ini meski banyak benda tajam di sekitar kami. Kami tetap saudara tanpa sedarah namun terikat erat dalam satu ikatan keluarga ospalti meski kami sudah menua… ini catatan kecil mengubah letih hari ini menjadi bunga tidur untuk lelap.......

*Sekian dan sampai berjumpa di cerita selanjutnya…..selamat beraktifitas.*

Senin, 25 November 2019

SAKSI BISU TRANSPORTASI MASA LAMPAU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS


Fortuna bukanlah merek sebuah mobil mewah namun fortuna ini adalah sebuah kapal kelotok terbuat dari kayu belian khas kalimantan barat. Fortuna merupakan alat tranportasi pertama masyarakat pulau limbung. Kapal fortuna mempunyai sejarah awal dari sebuah jalur penghubung dari kota ke desa Pulau Limbung.
Berpusat di dermaga Kapuas Besar Kota Pontianak kapal ini berlabuh di Desa Pulau Limbung, Kec. Sui Raya, Kab. Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Pada era 80-an,  bersamaan dengan maraknya illegal loging, transportasi ini merupakan angkutan penumpang  barang dan jasa  air andalan  masyarakat Pulau Limbung sebelum jalan perusahaan sawit yang menghubungkan antara desa-desa pesisir tepian sungai kapuas dengan kota.
Beroperasi 2x dalam satu minggu, dengan biaya ongkos  Rp.70.000/ orang dengan rute Pulau Limbung - Pontianak. Menggunakan mesin diesel 6 silinder dan sudah beroperasi lebih dari 20 tahun transportasi ini mampu menempuh perjalanan 10 jam.
“Mau kemane bu…???” pertanyaan saya kepada salah satu penumpang. “ke Pontianak pak datangin anak saye sekolah di sana” ibu ini ternyata memiliki sejarah panjang dengan fortuna dan merupakan penumpang yang paling sering dan konsisten menggunakan transportasi ini. Selain murah fortuna ini juga dapat menarik wisata perjalanan sungai yang begitu indah apa lagi di sore hari. Dengan kekakayaan hayati di sepanjang sungai dan desa-desa pesisir terhubung oleh transportasi sungai ini.
Namun kondisi sekarang kadang hari minggu fortuna tidak bisa beroperasi bila posisi kapal ini berada di ibukota provinsi, karena sepinya jasa angkutan barang dari kota di hari libur ujar Pak Udin selaku kapten kapal fortuna ini. 
Karena masih merupakan transportasi penumpang, barang dan jasa walaupun tidak lagi andalan seperti dulu. Namun masih beroperasi dengan hanya berfokus pada barang dan jasa. Kedepan kapal klotok fortuna tetap dijalankan walaupun jarang penumpang. dengan adanya perniagaan di desa optimisme Pak Udin tetap ada lembaran rupiah di setiap perjalananya.