Selasa, 03 Desember 2019

Anak Desa Berkarya Ilmiah Untuk Gambut


Ini tulisan 2018...pengen di simpan disini aja....

Tiga (3) muda-mudi mahasiswa universitas Tanjungpura (Untan) sungguh luar biasa dengan semangat dan kemandirian mereke bisa menjadi juara 4 dengan mengalahkan 20 karya ilmiah lainya di ajang Lomba Karya Ilmiah  ke IV Se-Kota Pontianak dalam Rangka Gebyar HIMEPA (Himpunan Mahasiswa  Ekonomi Pembangunan) Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura pada tanggal 10-11 Maret 2018..…yang di Pelopori oleh 3 anak desa yaitu Lilik Nur Indah Sari (Desa sungai Ringin), Alvintus Frantino (Desa Kupang Jaya), Eko Santoso (Desa Marita)

Bagaimana tidak..?? dengan bermodalkan informasi yang minim di dapat, yang bersumber dari Badan Restorasi Gambut (BRG) dan rasa keperihatinan terhadap lahan gambut yang mudah terbakar, mereke berinisiatif mengembangkan sekat  kanal berdaya guna untuk dapat dimanfaatkan sebagai peningkatan perekonomian didesa kupang jaya salah satu desa di kabupaten sintang. Di pertemukannya kami dengan waktu sangat singkat sekali, kurang dari 24 jam kami (saya dan ketiga muda-mudi) berdiskusi mengenai tema yang mereka bawa sampai ketahap final yaitu berjudul “Penerapan Sistem Sekat Kanal Sebagai Salah Satu Solusi Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di desa Kupang Jaya”

Dengan harapan terbesar adalah memberikan semangat dan motivasi terhadap mereka untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan bahan materi yang telah mereka buat dan akan dipersentasikan besok tanggal 10 Maret 2018. Selain itu peran BRG juga untuk dapat menyentuh para peneliti-peneliti muda dalam pengembangan keilmuan pengelolaan lahan gambut agar berguna dengan baik di kehidupan di masyarakat. Semoga dengan juara di 5 besar di karya ilmiah UNTAN menepatkan BRG lebih dekat di aktor-aktor akademisi muda berkarya untuk negeri untuk menjaga gambut tetap basah dan lestari   

 #PulihkanGambutPulihkanKemanusian

Pelepah Pisang Apa Gunanya....???



Pelepah Pisang Apa Gunanya...???
Oleh : Rifqi Marisel

Tersudut, tersusun dalam pandangan khas akan sebuah malas untuk di lihat namun sederhana untuk diperhatikan....entahlaah apa yang saya ucapkan...namun menarik sekali di desa ini dari sekian sering keluar masuk desa kali ini saya melihat keunikan dalam menyemai bibit tanaman sayur-mayur ini.

"terbuat dari apa bu, untuk ape neh bu", pertanyaan yang saya ke salah satu ibu petani. "pelepah pisang pak buat nyemai pak" jawabnya sambil tersenyum khas masyarakat disana. sambil kamera hape saya arahkan ke media tersebut. pikir saya masih ada di dunia yang serba modern ini penggunaan pelepah pisah itu di jadikan media tanam penyemaian beberapa bibit t, dalam pikir saya ada apa ini?? dalam prakteknya sering kita dengar kata polybag sebagai media semai dan tanam.

lebih jauh saya melihat dan bertanya banyak sekali manfaat dari batang pisang. bukannya hanya buah dan jantungnya bisa di makan, bahkan di negara luar batang pisang juga bisa di olah sebagai sayur yang masakan yang enak di beberapa restoran. cara tanam pun mudah dan tidak perlu pelakuan khusus, untuk wilayah tropis seperti Indonesia ini, pisang merupakan tanaman dengan ciri daunnya yang hijau dan lebar di desa-desa tertentu dulu nya di jadikan pengganti payung.

Di Desa Pulau Limbung Kec. Sungai Raya Kab. Kubu Raya Kalbar. Pelepah pisang di gunakan sebagai media semai dengan cara pelepah pisang yang masih segar dan kokoh di bentuk persegi panjang dengan ujung-ujungnya di ikat menggunakan serat dari bagian pelepah yang sudah terlihat tua dan kuat.

Selanjutnya akan di beri tanah campuran kompos padat dan pupuk cair di atasnya setelah merasa cukup akan di tanamkan bibit timun dengan jarak-jarak terntentu. Di biarkan selama 7 atau 14  hari paling lama bibit yang sudah tumbuh di tanam pada bedeng atau galangan.

Pelajaran bagi saya adalah tidak ada lagi kata untuk malas dalam mengembangkan jiwa bertani, mungkin pepatah lama berkata "tidak ada akar rotan pun jadi" tidak ada polybag pelepah pisang pun jadi. kadang hubungan masa lalu akan metode bertani sudah kita dapatkan dari nenek moyang kita namun lagi-lagi dunia modernlah yang memanjakan kwalitas berpikir kita untuk kalah dengan metode masa lalu yang harusnya menjadi motivasi dalam setiap elemen bangsa ini. (3/11/19)